Langsung ke konten utama

MEMBANDINGKAN DIRI, PERLUKAH?

Topik yang akan dibahas ini mungkin cukup familiar di kalangan teman-teman, terutama bagi remaja-remaja yang memasuki umur 20 an, karena di umur 20 an ini, biasanya seseorang memiliki teman yang cukup banyak, atau memiliki satu kelompok dalam lingkup pertemanan. Teman-teman ini adalah orang-orang yang nantinya akan menjadi pembanding diri kita sudah seberapa jauh lebih baik diri kita dari orang lain. Hal ini wajar karena pada dasarnya manusia memiliki sifat untuk selalu menjadi lebih baik, termasuk dalam lingkup kesuksesan. Cara kita membandingkannya adalah dengan melihat dari teman-teman kita sudah seberapa jauh mereka melangkah, apakah mereka masih istilahnya diam di tempat atau sudah melangkah di depan dari kita. 

Perbandingan ini tidak hanya ada di pelajaran matematika saja ya, tetapi dalam ilmu psikologi juga terdapat istilah perbandingan ini, namanya sosial comparison . Menurut Leon Fostinger dalam social comparison theory, merupakan suatu hal yang normal ketika manusia membandingkan diri mereka dengan manusia yang lainnya, dan itu adalah bagian dari keinginan dasar kita untuk memahami diri kita sendiri di dunia sosial. Maka sudah sewajarnya manusia selalu mebandingkan diri mereka dengan orang lain.

Kita akan membicarakan suatu perbandingan yang mengarah pada apa yang terjadi pada orang-orang yang memasuki umur 20 an termasuk saya. Di umur tersebut, kita sudah mulai memikirkan masa depan, memikirkan bagaimana untuk tidak membebani orang tua lagi, memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan pekerjaan dan lain sebagainya. Untuk mengetahui seberapa jauh kita sudah melangkah adalah dengan membandingkan diri kita dengan orang lain, terutama teman sebaya kita. Terlebih ketika kita sudah menamatkan pendidikan kuliah dan harus segera mencari pekerjaan. Beberapa waktu kemudian ada teman kita yang mem posting di status whatsapp nya sedang melakukan pekerjaan di suatu tempat seperti kantor. Lantas ketika kita melihat hal tersebut lalu secara tidak sadar kita membandingkannya dengan diri kita yang sedang mencari pekerjaan. Alhasil timbul sikap iri dalam diri kita tanpa kita sadari juga. Kita jadi lebih keras dengan diri kita sendiri, juga mengatakan bahwa diri kita tidak berguna sama sekali. Bagaimana kita tidak bisa sedangkan teman kita terlebih dahulu bisa melakukannya?

Kawan, pernah mendengar istilah rumput tetangga lebih hijau? Kurang lebih  istilah tersebut ditujukan untuk orang-orang yang selalu membandingkan diri. Apalagi di zaman sekarang ada sosial media yang dimana kita bisa mendapatkan informasi dengan mudah. Ini adalah sebuah penyakit diri karena menganggap apa yang telah kita capai merasa tidak ada gunanya. Jadi untuk apa kita selalu membandingkan diri untuk menjadikan diri kita menjadi pribadi yang negatif? Hal yang harus kita ingat adalah, semua orang memiliki jalan dan zona waktu yang berbeda. Toh apa yang telah dicapai oleh teman sebaya kita belum tentu lebih baik dari apa yang akan kita capai nantinya. Kita sebagai teman yang baik perlu mengapresiasi atas pencapaian teman kita tersebut, bukannya malah iri dengan pencapaiannya tersebut. Lantas bagaimana caranya kita bisa setidaknya mengurangi mebandingkan diri kita dengan orang lain? 

Kita bisa melakukan adalah dengan menyadari bahwa kita punya versi terbaik dari kita sendiri. Apa yang telah kita lalui selama ini juga sudah menjadikan diri kita yang sekarang. Bersyukur adalah kunci dari semua itu. ingat apa yang mereka punya juga berbeda dari apa yang kita punya. Sekarang fokus pada apa yang kita punya, jangan tengok kanan kiri. Ingat, kamu adalah kamu, mereka adalah mereka. Nikmati prosesnya dan waktu terbaikmu akan datang nantinya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAK KENAL MAKA KENALAN

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Halo semuanya! Perkenalkan nama ku Hanif, disini saya sebagai penulis di blog ini. Oh iya ini pertama kalinya aku nulis di blog ini, jadi akan sangat terbantu sekali apabila ada koreksian dari teman-teman yang membaca di blog ku ini sehingga nantinya bisa aku kembangin lagi untuk kedepannya, karena harapannya blog ini bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat buat temen-temen   dan bisa memotivasi juga untuk bisa mengubah cara pandang atau cara menjalani hidup yang lebih baik. Untuk kedepannya nanti, aku akan menuliskan blog tentang kehidupan orang-orang yang memasuki umur 20 an itu seperti apa sih, karena jujur di umur ku yang sudah menginjak kepala 2 ini, banyak hal yang sebelumnya tidak pernah aku alami, atau mungkin sebenarnya pernah mengalami namun tidak terlalu terpikirkan karena ya… mungkin belum sampe situ mikirnya hehe…nanti kira-kira apa aja nih yang akan dibahas disini, masalah pekerjaan?masalah percintaan? Atau hal lainnya? Yang ...

Kopi dan Inspirasi : Sebuah Filosofi Hidup

Sore ini, di sudut kecil Margi Coffee, salah satu Coffee Shop kecil di Kota Solo yang belum lama ini ada, dengan ditemani salah satu kopi signature mereka, Kopi Susu Margi, yang rasa nya enak menurut saya untuk segelas kopi susu. Aroma kopi yang khas mengeliling di udara,bercampur dengan gemuruh suara mesin espresso dan tawa kecil pengunjung. Suasana ini terasa akrab, seperti pelukan hangat di tengah hiruk pikuk nya minggu sore ini yang cukup ramai di Kota Solo pada tanggal 28 Desember ini. Kopi Susu Margi ini yang menjadi salah satu kopi signature mereka yang sederhana, campuran antara pahitnya espresso dan manis nya susu bercampur menjadi satu yang akhirnya kopi ini sampai di saya, tetapi di balik kesederhanaannya, terdapat cerita panjang yang jika di ibaratkan seperti hidup, kopi memiliki lapisan makna yang menunggu untuk bisa di resapi. Setiap tegukan mengingatkan saya pada perjalanan hidup, ada rasa pahit yang mengajarkan, ada rasa manis yang menghibur, dan ada kehangatan yang men...

Refleksi Hari Libur : Mengisi Waktu dengan Pengembangan Diri dan Kreativitas

Hari ini, tanggal 25 Desember 2024 adalah hari rabu, dan hari ini juga adalah hari dimana saya libur sampai keesokannya juga masih libur, dan biasanya di waktu libur seperti ini dianggap sebagai waktu untuk bersantai, melupakan rutinitas pekerjaan, atau hanya sekedar menikmati hal-hal yang menyenangkan. Hari libur seperti ini merupakan momen yang tepat bagi saya untuk memperbaiki hubungan dengan diri sendiri dan menumbuhkan pertumbuhan pribadi, dan hari ini saya membaca buku self improvement berjudul “Berani Tidak Disukai” karya Ichiro Kishimi & Fumitake Koga, dan kemudian merenungkan tentang makna hidup seperti apa yang saya sedang cari dan saya butuhkan. Buku “Berani Tidak Disukai” ini memberikan banyak sekali wawasan tentang bagaimana kita sering kali terjebak dalam kebutuhan untuk menyenangkan orang lain. Salah satu pesan yang menarik bagi saya adalah bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat ditemukan ketika kita berhenti mencari validasi dari orang lain dan mulai menjalani kehidup...